UIR Bangga! Dosen Faperta Limetry Diana Raih Doktor IPB Lewat Riset Sawit Rakyat ISPO vs Non-ISPO

UIR Bangga! Dosen Faperta Limetry Diana Raih Doktor IPB Lewat Riset Sawit Rakyat ISPO vs Non-ISPO

Pekanbaru (mataandalas) – Universitas Islam Riau (UIR) kembali menorehkan prestasi akademik membanggakan. Limetry Diana, dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UIR, resmi meraih gelar doktor dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) usai mempertahankan disertasinya berjudul “Efisiensi Produksi dan Kesenjangan Teknologi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Bersertifikasi ISPO dan Non-ISPO di Provinsi Riau: Pendekatan Stochastic Meta-frontier”, Selasa (12/8/2025).

Dalam sidang promosi doktor yang berlangsung khidmat, Limetry memaparkan hasil risetnya yang mengkaji perbedaan efisiensi produksi dan kesenjangan teknologi antara perkebunan kelapa sawit rakyat bersertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan non-ISPO.

Wakil Rektor I UIR sekaligus Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Fathurrahman, MSc, hadir memberikan dukungan langsung. Ia menyampaikan rasa bangga dan menegaskan capaian Limetry menjadi motivasi bagi dosen-dosen UIR untuk menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi. Turut hadir pula Syafii Samosir, anggota DPRD Kampar sekaligus ayah Limetry Diana.

Prof. Fathurrahman menjelaskan, Riau sebagai salah satu sentra kelapa sawit terbesar di Indonesia memiliki kontribusi besar bagi lapangan kerja, kesejahteraan petani, dan pertumbuhan ekonomi daerah. Sertifikasi ISPO, yang diwajibkan pemerintah, diharapkan memastikan praktik produksi berkelanjutan sekaligus memperkuat daya saing petani. Namun, tingkat adopsinya masih rendah.
“Hingga kini baru sekitar 19 sertifikat ISPO diterbitkan untuk lahan 9.344 hektare di Riau. Ini menunjukkan masih ada perbedaan perilaku produksi dan efisiensi antara petani bersertifikat dan non-sertifikat,” ujarnya.

Penelitian Limetry mengambil lokasi di Kabupaten Siak—wilayah dengan jumlah petani sawit dan kepemilikan sertifikat ISPO terbesar di Riau. Studi dilakukan di tiga desa dengan karakteristik berbeda: Desa Empoang Pandan (petani swadaya ISPO dan non-ISPO), Desa Keranji Guguh (petani kemitraan non-ISPO), dan Desa Mandiangin (petani kemitraan ISPO).

Hasil riset menunjukkan, produksi TBS petani ISPO dipengaruhi signifikan oleh penggunaan pupuk kimia, umur tanaman, dan interaksi antara luas lahan dengan umur tanaman, serta antara umur tanaman dengan pupuk organik. Sementara itu, petani non-ISPO dipengaruhi oleh umur tanaman, tenaga kerja, pupuk kimia, dan interaksi antara umur tanaman dengan pupuk kimia.

Limetry menegaskan bahwa variabel sosial-ekonomi seperti usia, pendidikan, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis. Namun, pola pengelolaan kebun berperan penting dalam menekan inefisiensi, khususnya pada petani non-ISPO.
“Perlu kebijakan terpadu yang tidak hanya menekankan sertifikasi, tetapi juga peningkatan kapasitas teknis, akses teknologi, dan pembiayaan. Pelatihan pemupukan dan manajemen umur tanaman harus diperkuat,” tegasnya.

Dalam penyusunan disertasi, Limetry dibimbing oleh tiga promotor: Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc, Prof. Dr. Ir. Bonar Sinaga Marulitua, MA, dan Prof. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc. Sebelum sidang terbuka, ia menjalani ujian tertutup pada 30 Juli 2025. Pada sidang terbuka, ia diuji oleh Prof. Dr. Ir. Harianto, MS (IPB) dan Prof. (R) Dr. Ir. Saptana, MSi (BRIN) bersama satu penguji lainnya.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index